Pelatih yang diberhentikan MU pada Desember 2018 tersebut, berniat kembali ke lapangan sebelum dimulainya musim depan. Tapi, dengan syarat klub yang menginginkan jasanya tidak mempunyai konflik internal.

Musim ketiga Mourinho di United didominasi oleh laporan media tentang keretakannya dengan Paul Pogba, sebelum pemilik klub menarik masa jabatannya saat tim berada di urutan keenam Liga Primer.

“Generasi pemain sekarang bukan hanya sekadar pemain tapi secara paket keseluruhan. Anda mendapatkan pemain tersebut, keluarganya, agennya, rombongan, direktur komunikasi… Ketika anda memiliki pemain, maka anda akan memiliki semua gangguan tersebut," kata pelatih berusia 56 tahun tersebut, dilansir dari Supersport.com, Selasa (26/2).

“Dan jika tidak ada empati di dalam struktur klub, maka akan ada banyak kontradiksi yang mempersulit pekerjaan," tambahnya.

Sejak mengantarkan Porto menuju juara Liga Champions pada tahun 2004, Mourinho menjadi semakin tenar dengan julukan the special one saat pindah ke Chelsea, lalu hijrah ke Inter Milan, Real Madrid, hingga Manchester United, dengan total koleksi trofi bergengsi sebanyak 20 buah.

Mourinho menyebut bahwa tujuan selanjutnya adalah proyek jangka panjang yang lebih lama.

“Jika klubnya tidak ada ambisi, saya gak mau terima. Itulah poin (persyaratan) kedua saya. Yang pertama, empati pengurus. Saya ingin bekerja dengan orang yang saya cintai, orang-orang yang mau bekerja dengan saya, dan saya senang bekerja dengannya, dengan satu pemikiran," tutup pria asal Portugal tersebut.